Kamis, 10 November 2011

Syair Imam Ibnu Duraid Atas kepergian Imam Ibnu Jarir Ath-thabari

Tak kan kuasa engkau meralat keputusan Allah,
Karenanya topanglah dengan kesabaran dan rasakan kepiluannya
Ber gegaslah menuju sayap kepasrahan dan relalah dengan putusan Sang Pemelihara, baik yang dibenci ataupun disuka
Bila kesabaran terus menerus didera digerus bala bencana, karakter diri pun akan tunduk dan takluk menjadi tak berdaya
Namun diiringi tekad kuat, ia akan mengokohkannya, hingga kesedihan pilu padanya tergolek kalah menderita
Campakkan kepiluan dengan ketabahan, karena ia dapat meredam bara yang berkobar menyala di relung dada
Siapapun berkawan masa pasti dibelit gemuruh bencana, sepanjang hidup ia akan terus saja dibayang bala bencana
sejatinya bala bencana bukanlah hilangnya harta meruah, yang tercecer dicerai beraikan tangan-tangan bencana
bukan pula bercerainya kawan karib yang kehilangan jalinan yang terputus meninggalkan jalinan kedekatannya
namun hilangnya orang yang dengan kewafatannya tercabutlah cahaya petunjuk dan kemegahan ilmu

Abu ja’far beserta ilmunya telah berpulang beriringan, betapa agung pengiring ini karena ia juga turut diiring
sungguh kepergiannya tak hanya merobohkan raga lelaki ini, namun turut merobohkan pula tonggak agama yang terpancang
kematian yang merenggut nyawanya menghadiahkan bumi, bintang yang terpancar menyerang yang memusuhi kebenaran
liku-liku zaman begitu jernih saat keberadaannya, namun sekarang telah tercampur-baur menjadi keruh
sungguh, hari-harinya yang penuh kemilau menjadikan ilmu menjadi terang bercahaya dan taqwa menjadi panutan
selamanya tak pernah zaman ini memunculkan sepertinya, kala haji tak ada regu di perbatasan yang menyamainya
yang lebih tepat janji dan lebih berani memantik lawan kedzaliman, dan lebih tegas putusannya dan lebih mendidik dari sosoknya
juga lebih kuat kesantunannya kala kondisi carut-marut, yang ,meninggalkan orang yang cerdas cekatan menjadi lemah
bila ia memunculkan pendapatnya dalam menjelaskan permasalahan, ia kembalikan garis-garis jalannya yang telah redup menjadi terang
kala menegur atau kala emosi kesantunannya tak jua hilang, ia pun tidak menumpahkan maki pada orang yang terperosok salah
ia tak memasukkan dalam pendengarannya segala sia-sia dan hina, ia tak gelisah dan jengkel mengumpat bencana yang menimpa
bila bertutur kata, ucapannya mengendalikan tali kejujuran, atau ia akan memilih diam yang menorehkan kewibawaan pada jiwa

hatinya mempunyai dua mata taqwa yang membuatnya membubung, iapun membangkitkan nalar penuh sulutan semangat juga kekhawatiran
pesan nasehatnya membuat daki hati menjadi mengkilap,layaknya kilau cahaya pagi membuat gelap menjadi bercahaya
penampilan luar dan batinnya sama saja rupanya, meski terjepit tak pernah kau lihat ia luput dari menjamu tamu
yang memujinya pasti tak luput dari ketidakmampuan dan kelalaian, namun ia pun tak takut didustakan kala dirinya dibeberkan panjang lebar
bongkahan bumi Allah ingin bila ia dijadikan sebagai pusara kuburnya, hingga raganya dapat memberinya aroma penuh wangi
hidupmu bagi dunia dan penduduknya merupakan sinar cahaya itu telah redup dan terhalang

kiranya bumi tahu siapa yang dikubur di perutnya, pastilah seluruh penjurunya tunduk penuh penghormatan dan sambutan
engkau yang meluruskan dari kesesatan dan penyimapangan, Allah anugerahkan padamu nasehat dan pengajaran dengan sempurna
Terhimpun dalam dirimu semua budi pekerti nan suci, yang bersih lagi murni dari berbuat tindak kebodohan
bila suratan takdir telah menentukan untuk merenggutmu, tak mungkin dapat dibelokkan meski yang dituju begitu susah
kematian memiliki mata air yang pahit lagi mengerikan, meski tiada yang suka, namun ia harus minum
bila para ulama meratap kepergianmu, itu karena pilar ilmu roboh, dan jadilah ilmu diratap penuh bela sungkawa
di antara fenomena zaman yang begitu mencengangkan, dan memang zaman selalu menampakkan hal-hal yang menajubkan
gundukan lembah menimbunmu dikaki bukit, dan engkau memenuhinya dengan tanah yang mendatar dan keras.
Ibnu jarir adalah seorang hujjah, ahli tafsir, ahli hadist, ahli fiqh, ahli ilmu ushul, ahli qira’ah, sejarawan,ahli bahasa, ahli nahwu, ahli ilmu syair (arudh), perawi hadist,ahli tahqiq yang sangat teliti, sangat tajam pandangannya, epnghimpun berbagai ilmu dll hingga ia mengabdikan dirinya pada ilmu hingga ia tidak menikah selama hidupnya.
Beliau lahir di Amula tahun 224 H, telah hafal al Qur’an sejak umur 7 tahun, telah menulis hadist sejak umur 9 tahun, setelah menginjak baligh beliau mengembara ke Bagdad hingga wafat.
Beliau memiliki kitab tafsir yang sangat popular yaitu kitab Jami’ul Bayan ‘an Wujuhi Ta’wili Ayil Quran, kitab sejarah Tarikhul Rasul wal Anbiya’ wal Muluk wal Umam, kitab Tahdzibul Atsar wa Tafshiluts Tsabit’an Rasullillahi shalallahu’alaihi wasallam minal Akbar.

Sabtu, 05 November 2011

No Way 4 "Pacaran"


Orang bilang pacaran itu masa penjajakan sebelum menikah,hmm…penjajakan atau mencicipi sedikit dari zina ini? Katanya saling memahami satu sama lain, mamahami atau menutupi kekurangan kitakah?mencoba belajar berbohong rupanya..
Setelah putus sakit hati lalu bunuh diri karena ditinggal pacar..hmm nggak banget kan buat kita seorang muslim. Apalagi kita harus menjaga kehormatan diri kita. Apalagi seorang muslimah…pake jilbab lagi..ga pantes banget rasanya kita seperti itu. Kalo yang udah pernah pacaran (dan sekarang udah bertobat tentunya bisa berpikir positif setelah putus dari pacarnya….) tentunya bisa memilah baik buruknya dari aktivitas pacaran itu sendiri. Dan yang jelas itu kan hukumnya haram, coz dia kan bukan mahram kita.
Itukan namanya zina, zina mata dan zina hati aja berbahaya, apalagi zina dengan berpacaran, audzubillahi min dzalik…Allah kan udah ngasih aturan-aturan hubungan manusia yang sesuai syariat, yang melindungi harga diri kita sebagai umat muslim. Tetapi kenapa kita malah mempersulit diri kita sendiri, mendzolimi diri kita sendiri??  inget aja sama firman Allah “ Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak pula bagi wanita yang Mukminah, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, aka nada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” (Al-Ahzab:36)
Lah kita hidupkan udah ada aturan, kalo kita melenceng dari aturan Allah sama aja kita mendzolimi diri sendiri..misalnya gini..kita udah jelas diharamkan buat pacaran, tapi kenapa kita tetap aja pacaran?? Ntar kalo udah putus terus sakit hati, malahan protes pada Allah kenapa sakit hati ini terjadi pada kita??lahh itu kan salah kita sendiri karena kita nggak berjalan sesuai dengan syar’I akhirnya kita sendiri yang merasakan pahitnya… jangan nuntut Allah nggak adil donk..intropeksi aja pada diri kita sendiri,bener apa nggak kita itu??? Masih mending kita kalo dikasih kesadaran buat bertobat, kalo kita dibutakan sama cinta terus bunuh diri gimana??udah kita nggak dapat dia juga dapat siksa akhirat..
Taukah sobat sebenarnya banyak hal yang bisa kita lakukan diluar pacaran. Waktu pacaran mungkin banyak waktu yang tersita untuk memikirkan sang pujaan hati..melakukan banyak hal dengan dia, menuruti kata-kata dia (memangnya dia udah suami kita?? Suka ngatur ini itu..??), belajar sok baik atau menutupi kekurangan kita. Nggak boleh deket sama temen2, lebih utamain dia daripada teman kita, kita jadi mengisolir diri berdua, membuat kita jadi orang lain yang dia minta dll.
Mungkin setelah putus n tobat tentunya, kita bisa mengisi waktu kita dengan hal positif, kita bisa mencari berkumpul dengan teman-teman yang lebih sholikhah, mengisi waktu dengan baca buku, mengikuti kajian-kajian, terus bisa juga kita mengembangkan bakat kita…mungkin dengan baca buku kita bisa menjadi penulis…bukankah itu bisa menunjukkan pada orang-orang atau bahkan pada mantan pacar kita dulu kalo kita bisa lebih baik tanpa dia, kita malah bisa menjadi diri kita sendiri yang survive dalam hidup kita. Yang jelas kita menjadi muslimah yang hidup survive sesuai dengan syar’i.. kalo ada niat dan usaha tidak ada yang tidak mungkin buat Allah berkehendak. Tak hanya sukses di dunia aja tapi juga di akhirat..sapa yang nggak pengen tuch..
Jangan pernah mengeluh tentang takdir kita, bolehlah kita menuliskan pena diatas kertas..tapi hak Allah untuk menjadi penghapusnya dan mengganti dengan tulisan yang lebih baik untuk kita, bukan baik menurut kita. Wallahu’alam bishawab.
“ Demi Masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasihat-menasehati supaya menaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran” (Al-Ashr: 1-3)
So buat kalian para muslimah, nggak mau kan jadi orang-orang yang merugi?

MATA AIR ILMU PARA ULAMA


MATA AIR ILMU PARA ULAMA
Ilmu bagaikan sumber mata air dalam kehidupan manusia, bagaikan lentera dalam kegelapan. Dengan ilmu kita bisa mengambil keputusan yang tepat. Sebenarnya ilmu sangat lah mudah didapat entah melalui belajar  ataupun melalui pengalaman hidup kita atau orang lain  yang bisa kita jadikan pelajaran. Ilmu bisa menjadikan kita berpikir jernih dalam menghadapi permasalahan yang timbul.
Hal itu pun yang juga dilakukan para ulama kita, karena kecintaan pada ilmu itulah mereka rela hidup sebagai ta’azzabar rajulu  (laki-laki yang tidak menikah). Mereka tidak pernah mengatakan bahwa membujang demi ilmu itu lebih mulia dari pada menikah, juga tidak pernah mengajak orang lain untuk mencontoh mereka memilih hidup membujang. Menikah memang disyariatkan dalam Islam, bahkan menikah menyempurnakan setengah dien. Tapi mereka mempunyai alasan lain untuk memilih jalan tersebut, memang jalan yang sangat sulit untuk ditempuh mengalahkan fitrah mereka sebagai manusia . Kecintaan pada ilmu membuat mereka menyatu seperti jasad dan ruh yang tak bisa terpisahkan.
Mereka melalui malam-malam mereka dengan kesibukan mencari ilmu. Mereka tidak disibukkan dengan urusan rumah tangga seperti ‘istadzar rajulu (lelaki yang menikah dan menjadi pemimpin rumah tangga) yang menyibukkan mereka dalam mencari ilmu. Memang ilmu bisa dicari tanpa memandang usia, namun lebih baik lagi ilmu dipelajari sejak kita masih kecil, seperti yang  diungkapkan Abu Ubaid dalam kitab Gharibul Hadist, III:369, “pelajarilah  ilmu selagi kalian masih kecil, sebelum kalian menjadi pemimpin yang dipandang, Jika kalian tidak mau belajar pada masa seperti itu, maka setelah dewasa kalian malu untuk belajar. Sehingga kalian pun teteap menjadi manusia bodoh dan akan belajar pada anak-anak kecil. Hal itu akan menghinakan kalian”
Maka dari itu sebelum menikah carilah ilmu yang sebanyak-banyaknya, sehingga kita tidak meninggalkan anak yang tanpa kita bekali dengan ilmu. Tanpa bekal ilmu mereka akan bodoh, apalagi jika hanya meninggalkan materi pada mereka .
Imam Bisyr bin Al-Hafi mengatakan “ilmu mulai menghilang dipaha-paha wanita” (kitab Al-Mashnu’ fi Ma’rifatil Hadist Al-Maudhu’_Imam Ali Al-Qari:120). Seperti kisah Imam Taqiyuddin As-Subki dalam kitab Tartibu Tsiqatil ‘Ijli tentang biografi ahli hadist Ma’mar bin Rasyid Al-Basyri yang mengembara ke negeri lain untuk menyebarkan dan mengumpulkan hadist, namun setelah sampai di Yaman penduduk menikahkannya dengan wanita Yaman, dan hidup disana sampai wafat dan tidak melakukan pengembaraan lagi.
Dalam kitab Ihya ‘Ulumuddin, II:21, pada awal kitab An-Nikah, Abu Hamid Al-Ghazali memaparkan tentang pilihan hidup membujang daripada menikah, menyebutkan sejumlah ayat, hadist dan Atsar yang berisi anjuran menikah, kemudian menjelaskan juga bahaya menikah, yaitu: Tidak mampu mencari harta yang halal untuk penghidupan, menelantarkan hak-hak istri, serta tidak bersabar menghadapi perangai istri yang buruk dan madharatnya, Istri dan anak2 menyibukkan dari mengingat Allah, serta mendorongnya untuk mengejar dunia dan memberikan penghidupan yang layak pada keluarganya.
Bebrapa para ulama memilih hidup membujang dengan alasan mereka sendiri dan karena kecintaannya pada ilmu. Beberapa ulama tersebut adalah
1.       Abdullah bin Abi Najih Al-Makki
2.       Yunus Bin Habib Al-Bashri
3.       Bisyr Al-Hafi (Abu Nashr Bisyr bin Harits bin Abdirrahman Al-Marwazi, al Baghdadi)
4.       Husain bin Ali Al-ju’fi
5.       Hannad bin As-Sari
6.       Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath Thabari
7.       Abu Bakar bin Al-Anbari
8.       Abu Ali-Al Farisi
9.       Abu Nashr As-Sijzi
10.   Abu Sa’d As Samman Ar-Razi
11.   Ibnul Khasysyab Al-Baghdadi
12.   Ibnul Manni
13.   Abul Hasan Al-Qifthi
14.   Imam Nawawi
15.   Ibnu Taimiyyah
16.   Basyir Al-Ghazzi Al-Halabi
17.   Abul Wafa’ Al-Ghafani
18.   Karimah Al-Marwaziyyah
Semoga Allah merahmati mereka semua dan ilmunya selalu bermanfaat bagi  kehidupan manusia seperti lentera dalam kehidupan manusia dan seperti mata air yang sejuk dalam kegersangan hidup.
Sumber : Syaikh Abdullah Fattah, Zam-Zam. Solo : 2008

Senin, 31 Oktober 2011

sedetik yang berharga

ِﻪِﺗﺎَﻴَﺣ َﻝْﻮُﻃ ِﻞْﻬَﺠْﻟﺍ ُّﻝُﺫ َﻉَّﺮَﺠَﺗ ًﺔَﻋﺎَﺳ ِﻢُّﻠَﻌَّﺘﻟﺍ َّﺮُﻣ ْﻕُﺬَﻳ ْﻢَﻟ ْﻦَﻣ
ِﻪِﺗﺎَﻓَﻮِﻟ ﺎًﻌَﺑْﺭَﺃ ِﻪْﻴَﻠَﻋ ْﺮِّﺒَﻜَﻓ ِﻪِﺑﺎَﺒَﺷ َﺖْﻗَﻭ ُﻢْﻴِﻠْﻌَّﺘﻟﺍ ُﻪَﺗﺎَﻓ ْﻦَﻣ َﻭ
Barangsiapa yang tidak pernah mencicipi pahitnya belajar
Maka dia akan meneguk hinanya kebodohan di sepanjang hidupnya.
Barangsiapa yang tidak menuntut ilmu di masa mudanya
Maka bertakbirlah empat kali, karena sungguh dirinya telah wafat.
[al Imam Asy-Syafi'i rahimahulloh]

Jagalah waktumu karena ia tidak akan berulang
sebelum kita menyesal.dan masih ada waktu untuk memperbaiki apa yang ada dalam diri kita. Dengan belajar mengoreksi kesalahan-kesalahan kita dan memperbaikinya

belajar perpajakan

PENGERTIAN & DEFINISI PAJAK


1.      Prof. Dr. P.J.A. Adriani
“Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk dan gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan."

2.      Mr. Dr. N. J. Feldmann
“Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa, menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum, tanpa adanya kontra-prestasi dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran Umum.”

3.      Prof. Dr. M.J.H. Smeets
“Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum dan yang dapat dipaksakannya, tanpa adanya kontra-prestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal yang individual; maksudnya adalah untuk membiayai  pengeluaran Pemerintah.”



4.      Dr. Soeparman Soemahamidjaja
“Pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum.”

5.      Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH
“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra-prestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.”

Ciri-ciri yang melekat dalam pengertian pajak :
1.      Pembayaran pajak harus berdasarkan Undang-undang.
2.      Sifatnya dapat dipaksakan.
3.      Tidak ada kontra prestasi (imbalan) yang langsung dapat dirasakan oleh sipembayar pajak.
4.      Pemungutan pajak dilakukan oleh negara baik oleh pemerintah pusat maupun daerah.
Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah bagi

muhasabbah

Kita berlari dari masalah, bukan berarti menyelesaikan masalah. bahkan bisa menjadi lebih rumit. Keikhlasan, Sabar, Ikhtiyar menjadi hal yang paling penting yang harus kita utamakan dalam menjalani hidup. memang semua orang punya mimpi dan harapan. Tapi disaat mimpi itu tak kita dapatkan, jangan pernah menyalahkan Allah, jangan pernah berkata Allah tidak adil.mungkin itu cara Allah mnyayangi kita..hanya kita yang tak pernah memahami maksud Allah..jangan lah kita mengerdilkan pikiran kita....wallahu'alam bishawab